KABARBUGIS.ID – Perum Bulog Pinrang, Sulawesi Selatan ungkap kendala penyerapan beras di Kabupaten Pinrang. Meski Kabupaten Pinrang telah melakukan panen raya di sebagian wilayah.
Perum Bulog Pinrang terbilang kalah saing dengan pasar umum atau pedagang dari luar pulau Sulawesi. Pedagang lokal lebih pilih jual beras mereka ke pedagang luar pulau karena harga lebih tinggi dibanding Bulog.
Kepala Cabang Pembantu Bulog Pinrang, Maysius mengungkapkan stok beras di gudang Bulog Pinrang sekitar 3500 ton. Stok tersebut diperkirakan bertahan hingga september 2023.
"Kita di Pinrang masih melakukan penyerapan 100-300 ton beras per hari," kata Maysius kepada KabarBugis.id, Rabu (04/05).
Penyerapan itu kita genjot, kata Maysius untuk memenuhi target hingga akhir tahun sebesar 34 ribu ton.
"Target pertahun 34 ribu ton. Ini terserap baru 3500 ton atau 12 persen khusus beras Pinrang," katanya.
Maysius mengaku terkendala penyerapan akibat bersaing dengan pasar umum. Kata dia, Bulog membeli dengan harga Rp 9.950 per kilogram (kg), sedangkan pegang luar dengan harga tinggi Rp 1200 sampai Rp 1300 per kg.
"Itu kendalanya bersaing dengan pasar umum, ada namanya Broker atau calo. Broker ini penghubung pedagang luar pulau dengan pabrik gabah. Itukan yang punya kenalan ke pabrik kan dia (Broker) ini sampai mereka berani beli Rp 1200 sampai Rp 1300 per kg," ungkap Maysius.
Sebab ungkapnya, mereka ini ambil langsung dari pabrik untuk diberikan ke pedagang pasar umum tersebut.
"Coba jalan jalan di jalan poros itu, ada banyak sekali kontainer. Nah, itu beras semua isinya dikirim ke luar pulau itu," jelasnya.
Padahal kata Maysius, specs gudang milik Bulog Pinrang sangat memadai untuk dilakukan penampungan beras petani Pinrang.
"Itu yang saya antisipasi, awal tahun itu kami kirim kemana sekitar 8000 ton untuk persiapan spek gudang. Daya tampung kita kan ndak sebanding dengan beras yang ada," ujarnya.